9/23/2007

Naungi Dirimu dengan Iman

Para salafus-saleh (ulama-ulama terdahulu) memandang ayat-ayat dan hadits-hadits tentang keberadaan Allah swt. yang Maha Dekat lagi Maha Mengetahui perkara-perkara hamba-Nya, agar menjadi pijakan setiap muslim dalam bekerja dan menjadi penangkal dari dosa dan perbuatan hina. Mereka meyakini, bahwa iman yang benar dan sejati merupakan sumber kebahagiaan, ketenteraman, kekuatan, dan cambuk melawan kesulitan hidup. Dan hal ini dapat kita saksikan dari kisah-kisah perjalanan hidup tokoh-tokoh Islam dulu dan sekarang.Salah seorang dari mereka meriwayatkan, suatu ketika aku menemui Muhammad bin Nadhir Al-Haritsi, raut mukanya berubah seakan menyiratkan tanda-tanda gelisah. Kemudian aku berkata, “Sepertinya Anda tidak ingin dikunjungi?” Ia menjawab, “Iya”. Aku bertanya lagi, “Apakah kamu tidak merasa sepi dan takut” Ia menjawab, “Bagaimana aku takut, padahal Allah berfirman dalam hadits qudsi, ‘Aku bersama orang yang mengingat-Ku’”.
Hubaib Abu Muhammad sedang berkhalwat (menyendiri) di rumahnya, kemudian ia berkata, “Siapa yang tidak merasa gembira dengan-Mu, maka ia akan jauh dari kegembiraan itu. Dan siapa yang tidak bahagia bersama-Mu, maka ia akan jauh dari kebahagiaan itu”. Ma’ruf, seorang ‘abid (ahli ibadah) berkata kepada seseorang: “Bertawakkallah kepada Allah sehingga Dia menjadi teman penyejuk hatimu, menjadi tempat kamu mengadu serta mengabulkan segala permintaanmu”.
Kelezatan bermunajat dalam kebersamaan Allah adalah kunci spiritual yang mesti kita tumbuhkan dalam rangka menghadapi gelombang hedonisme yang semakin tumbuh mekar di tengah-tengah masyarakat modern saat ini. Orang yang mengejar kepuasan dunia bagaikan meminum air laut, semakin ia minum semakin bertambah hausnya.

Tidak ada komentar: