11/13/2007

Anak adalah Anugerah Allah

Sesungguhnya anak merupakan anugerah yang sangat besar dan tidak bisa dibandingkan dengan apapun nilainya bagi orang yang kehilangan anak. Rasa syukur atas anugerah yang besar ini harus dipanjatkan kepada dzat yang telah menganugerahkannya, dan bentuk syukur itu adalah dengan memberikan pendidikan dan penjagaan yang baik dan benar sesuai dengan syari'at, lantas bagaimana bentuk pendidikan dan penjagaan itu?
Sesungguhnya anak merupakan anugerah yang telah Allah swt. berikan kepada kita. Allah juga menjadikannya hiasan dalam rumah kita, dan memberikan otoritas kepada kita untuk menjaga, merawat dan mendidiknya. Maka, suatu kewajiban bagi kita untuk memberi pendidikan yang terbaik kepadanya dan penjagaan secara serius. Rasulullah saw. dalam salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim bersabda, “Kalian semua adalah pemimpin dan kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya, seorang pejabat adalah pemimpin, seorang suami adalah pemimpin bagi keluarganya, seorang istri adalah pemimpin dalam rumah suami dan anak-anaknya, dan kalian semua adalah pemimpin dan kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya”. (HR Bukhari dan Muslim)Lantas pendidikan dan penjagaan macam apa yang dikehendaki Allah saw.? Dalam Islam, penjagaan dan pendidikan itu di mulai sebelum terjadinya akad pernikahan, sebagaimana yang telah diwasiatkan oleh Islam dengan memilih seorang istri yang shalihah, karena istri yang shalihah itu akan mampu memberikan keturunan yang baik. Islam memulainya dengan memilih keshalihan seorang istri sebagai langkah pertama untuk mendapatkan keturunan yang baik. Hal ini secara jelas dapat disimak dalam hadits Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, beliau bersabda, “seorang wanita dinikahi karena empat alasan; karena hartanya, kecantikannya, keturunannya dan agamanya. Pilihlah karena agamanya, maka kamu akan menggapai kebahagiaan"
Istri yang shalihah bagaikan tanah subur yang layak untuk ditanami. Lalu seusai akad pernikahan, selanjutkan Rasulullah saw. memberi pengarahan beberapa hal yang menjadikan faktor keshalihan seorang anak sebelum mereka berada dalam kandungan ibunya. Rasulullah saw. bersabda, “Jika salah seorang diantara kalian ingin menggauli istrinya, hendaknya ia berucap, 'dengan nama Allah, Ya Allah, jauhkanlah kami dari syetan dan jauhkanlah syetan dari apa yang Engkau anugerahkan kepada kami '. Maka, jika Allah menjadikan dari keduanya anak, ia tidak akan terganggu oleh syetan selama-lamanya”
Hadits di atas menjadi dasar akan keberkahan penyebutan nama Allah dan pentingnya doa. Dalam doa tersebut terkandung penjagaan dan permohonan keberkahan dengan nama Allah dan pengakuan bahwa sesungguhnya Allah swt. adalah dzat yang memberi kemudahan dan pertolongan. Hadits ini juga mengisyaratkan bahwa Dzikrullaah (ingat kepada Allah) dapat mengusir gangguan syetan.
Hal lain yang menjadi dasar perhatian Islam terhadap penjagaan anak secara baik adalah dengan mendoakannya. Doa kepada Allah merupakan manhaj yang sering kali dipakai oleh para nabi dan orang-orang shalih setiap memulai aktifitas. Nabi Zakariya pernah memanjatkan doa kepada Allah sebelum ia dikarunia anak. Allah swt. berfirman, “Di sanalah Zakariya berdoa kepada Tuhannya seraya berkata: Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa ” (Ali Imraan 3 : 38).
Lihatlah pada kalimat “seorang anak yang baik” dalam ayat di atas. Sesungguhnya tidak ada yang diharapkan Nabi Zakariya selain anak yang baik.
Al-Qur'an juga menggambarkan permohonan putri Imran; ibu Maryam ‘alaihas salaam. Bagaimana ia memohon kepada Allah pada saat hamil dan setelah kelahiran anaknya. Allah swt. berfirman, “(sebagai) satu keturunan yang sebagiannya (keturunan) dari yang lain dan Allah maha mendengar dan maha mengetahui * (ingatkah) ketika istri Imran berkata: Ya Tuhanku sesungguhnya aku menadzarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi anak yang shalih dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah nadzar ini dariku. Sesungguhnya Engkaulah yang maha mendengar dan maha mengetahui * maka tatkala istri Imran melahirkan anaknya, diapun berkata: Ya Tuhanku, sesungguhnya aku melahirkan seorang anak perempuan: dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada pemeliharaan Engkau dari syetan yang terkutuk” (Ali Imraan 3 : 34-36)
Allâhau Akbar! Dia berdoa untuk anak dan juga keturunan dari anaknya. Apakah kita - sebagai orang tua dan pendidik - menyadari akan hal itu. Inilah doa yang beliau panjatkan dan hendaknya kita juga berdoa sebagaimana doanya ibu Maryam.
Ada salah seorang ibu yang sedang mengandung. Pada saat ia merasakan sakit dalam proses kelahiran anaknya, ia teringat doa ibu Maryam kepada anaknya seraya berucap, Ya, Allah aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada pemeliharaan Engkau dari syetan yang terkutuk.
Sang ibu berkata, “Aku melihat ketenangan, kebahagiaan dan kedamaian dalam diri anak itu yang tidak pernah aku lihat dalam diri kakak-kakaknya,”. Hanya kepada Allah segala puji, dan aku memohon agar Allah senantiasa menyertakan kebahagiaan kepadanya untuk selama-lamanya dan menjadikan dia penghibur hati dan penenang jiwa bagi kedua orangtuanya serta menjadi pejuang Islam dan umatnya.

BACA SELENGKAPNYA!

11/09/2007

Gapai Kasih Sayang Allah

Segala puji bagi Allah swt. yang telah menyematkan cinta dalam sanubari umat manusia. Shalawat dan salam semoga tercurah selalu kehadirat baginda rasul Muhammad saw. yang telah menghantarkan umat manusia dari alam kebohongan, dunia yang haus akan cinta, kegelapan kasih sayang dan kubangan dosa menuju surga kejujuran, taman makrifat, kebun keyakinan, dan pekarangan iman.
Rasulullah saw. bersabda, “Kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman dan iman kalian (tidak sempurna) hingga kalian saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan suatu perbuatan, jika kalian melakukannya, niscaya kalian akan saling mencintai? Tebarkan salam di antara kalian!” (HR Muslim)
Begitu indah ajaran yang dibawa Rasulullah saw, di mana beliau menjadikan rasa cinta dan kasih sayang di antara sesama sebagai barometer kesempurnaan iman kepada Allah swt.. Lebih dari itu, Rasulullah saw. menegaskan bahwa cinta dan kasih sayang kepada sesama menjadi kunci pembuka pintu surga. Hal ini terlihat dengan jelas melalui kisah seorang lelaki yang selalu disebut-sebut Rasulullah saw. sebagai sosok penghuni surga di hadapan para sahabat.
Mendengar hal itu, tebersit dalam hati Ibnu Umar untuk mencari tahu perihal pria tersebut. Ia pun bermalam di rumahnya selama beberapa hari. Setelah beberapa malam berada di rumahnya, Ibnu Umat tidak mendapati sesuatu yang lebih dalam diri pria tersebut. Karena heran, Ibnu Umar-pun bertanya kepadanya amalan, yang dengannya Rasulullah saw. merasa bangga dan menyatakan, ‘lihatlah orang yang berada di pintu, dia adalah salah seorang penghuni surga '.
Pria itu pun berkata, “Sesungguhnya ketika aku beristirahat di malam hari, hatiku tidak lagi menyimpan iri atau dengki terhadap seorang muslim pun.”
Cinta dan kasih sayang, itulah yang menjadi kunci pria tersebut masuk surga. Karenanya, mari kita bangun tali cinta, persatuan dan kasih antar sesama. Hilangkan kedengkian, kebencian ataupun permusuhan yang selama ini terpendam dalam hati, karena semua itu hanya akan mendatangkan malapetaka, rasa duka yang tidak kunjung hilang, bahkan menjadi penghalang masuk ke dalam surga. Juga jangan lupa untuk membaca doa yang telah diajarkan Allah swt. dan rasul-Nya kepada kita, agar hati ini jangan sampai menyimpan ghill terhadap orang lain, terutama kepada umat Islam. Doa itu adalah, "Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang."

BACA SELENGKAPNYA!

Nikmatnya Shalat Malam Bagi Salafush Shalih

Sesungguhnya seorang muslim yang benar-benar mencintai Allah swt. akan bangun dari tempat tidurnya dan berdoa kepada Tuhannya dengan penuh keyakinan bahwa setiap ucapan dan doa yang ia panjatkan kepada Tuhannya didengar oleh-Nya dan Allah swt. senantiasa melihat apa yang tergerak dalam hatinya. Jika ia benar-benar mencintai Tuhannya, tentu ia akan berdiri di keheningan malam dengan senang hati dan merasa nikmat dengan munajat yang ia panjatkan. Hal ini ditunjukkan dengan melaksanakan shalat di hadapan Tuhan seluruh makhluk. Bagaimana ia tidak melakukan hal itu, sementara ia mengetahui bahwa kebahagiaan, kesenangan dan kemuliaan hanya bisa dicapai manusia manakala mereka bermunajat kepada dzat yang Maha Agung di tengah malam. Terlebih lagi jika mereka mengetahui bahwasanya Allah swt. mendengar munajat dan doa yang mereka panjatkan dengan mengabulkan permintaan mereka.
Bagaimana hal ini tidak dilakukan, wahai saudaraku, sementara harapan kepada Allah swt. itu lebih bisa dipercaya dan Dia-lah yang lebih layak untuk diharapkan. Allah swt. telah melimpahkan nikmat-Nya kepada kita baik yang nampak maupun yang tidak nampak. Allah swt. juga telah memberikan segala permohonan kita, meskipun tanpa diminta sebelumnya dan kita tidak mengetahui bagaimana kita mengajukan permohonan itu. Bagaimana kita tidak bisa merasa nikmat dan nyaman pada saat semua kebutuhan kita dipenuhi oleh Allah swt. di keheningan malam. Rasulullah saw. telah bersabda, "Sesungguhnya pada malam hari ada saat yang mana tidak ada seorang hamba yang bertepatan dengan saat itu seraya memohon kebaikan dunia dan akhirat kecuali Allah akan mengabulknnya, dan saat itu ada pada setiap malam"
Para salafus shâlih senantiasa beribadah kepada Allah swt. di malam hari dengan melaksanakan shalat. Allah-pun memberi kenikmatan kepada mereka pada saat mereka melakukan shalat malam, sehingga mereka merasa malam yang begitu panjang terasa sangat singkat sebagaimana perasaan itu muncul pada saat seseorang berduaan dengan sang kekasih yang dicintainya. Dalam hati mereka telah tertanam keimanan yang mendalam sehingga menumbuhkan luapan cinta yang mendorongnya untuk selalu bersanding dengan dzat yang Maha Kasih. Mereka juga rela begadang untuk melantunkan ayat-ayat suci al-Qur'an. Jika motivatornya semakin kuat, keinginannya kian membaja, harapan untuk menggapai pahala dzat yang Maha Kasih semakin meluap, tentu mereka akan semakin tergerak hatinya untuk bersegera memenuhi panggilan-Nya dengan menjalankan ketaatan, badannya semakin ringan untuk bangun dan duduk bersimpuh di hadapan-Nya dan segala kesulitannya pun akan terasa ringan.
Fudhail bin Iyad berkata, "Sesungguhnya aku menyambut kedatangan malam, dan aku merasa begitu lama malam itu tiba. Aku membuka al-Qur'an sampai malam tiba. Pada saat matahari terbenam, aku merasa bahagia dengan gelapnya malam, karena aku dapat bersanding berduaan dengan Tuhanku. Namun pada saat pagi menyingsing aku pun merasa sedih."
Ali bin Bakar seorang yang alim, arif dan imamnya ahli fiqh berkata, "Selama empat puluh tahun, tidak ada sesuatupun yang membuatku sedih selain terbitnya fajar." Beliau ditanya, "Bagaimana keadaanmu dan malam harimu? Beliau menjawab, 'Ada saat yang membuatku pada dua kondisi: aku merasa bahagia dengan datangnya malam, namun pada saat pagi menyingsing, perasaan itupun berubah menjadi sedih, sehingga kebahagiaan yang aku rasakan tidak pernah sempurna."

BACA SELENGKAPNYA!

10/27/2007

Sahabatmu; Surgamu ataukah Nerakamu

Perlu kiranya kita melihat teman-teman yang selalu berada di antara, karena mereka akan selalu mengikuti setiap saat dalam perjalanan kita. Perlu kita ingat bahwa seseorang akan dikumpulkan bersama orang-orang yang dicintainya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa mencari teman sama halnya dengan mencari surga ataupun neraka.
Berkaitan dengan hal ini, perlu kiranya kita melihat kembali dua contoh persahabatan di masa Rasulullah saw., yang pertama adalah sahabat yang buruk, yang menghancurkan sahabatnya hingga masuk ke neraka, dan kedua adalah sahabat yang Shalih, yang memberi kebahagiaan kepada temannya, dan menghantarkannya ke surga.
1. Uqbah bin Abu Mu`ith
Uqbah adalah sahabat dekat Abu Jahal Amru bin Hisyam. Dalam suatu kesempatan, Abu jahal melakukan perjalanan jauh. Pada saat yang bersamaan Uqbah bin bin Abu Mu`idz mendengar Rasulullah saw. sedang membca al-Qur`an. Saat itulah, ia tertarik pada Islam dan mengikrarkan diri menjadi bagian dari umat Rasulullah saw.
Saat Abu Jahal kembali dari perjalanannya, ia menemui Uqbah dan mengingatkan kepadanya agar tidak sampai meretakkan tali persahabatan yang telah terjalin. Ia juga menyuruhnya untuk menemui Rasulullah saw. dan meludahinya. Uqbah pun merenung sejenak, membandingkan antara ke duanya; tetap dengan keyakinan barunya, Islam ataukah kembali pada kekufuran dan tetap bersahabat dengan Abu Jahal. Hingga pada akhirnya ia menentukan pilihannya untuk kembali pada Abu Jahal dan menentang ajaran Rasulullah saw. serta menyakiti beliau. Tidak ada orang yang paling kejam dan paling keras memusuhi Rasulullah saw. yang sepadan dengannya. Berkenaan dengan hal ini, Allah swt. menurunkan ayat, "Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya Dia telah menyesatkan aku dari al-Qur`an ketika al-Qur`an itu telah datang kepadaku. Dan adalah setan itu tidak mau menolong manusia. (al-Furqân [25] : 28-29)
Inilah kerugian besar yang dialami Uqbah bin Abu Mu`ith, baik di dunia maupun di akhirat. Diapun masuk ke dalam neraka sebab sahabatnya, Abu Jahal.
2. Iyasy bin Abu Rabi`ah
Iyasy adalah sahabat Umar bin Khatab. Saat mereka berdua hijrah dari Mekah menuju Madinah, di tengah perjalanan ia disusul oleh Abu Jahal karena ia tergolong orang yang terpandang, dan Abu Jahal merasa khawatir jika hijrahnya ke Madinah akan diikuti penduduk Mekah. Abu Jahal mengejarnya di belakang sambil memanggil, lalu berkata kepadanya, "Ibumu telah berjanji untuk tidak makan, tidak mau masuk ke dalam rumah, dan tidak akan mandi sampai engkau kembali menemuinya."
Saat itu, Iyas menaiki kuda bersama Umar bin Khatab dan berada dibelakangnya. Seketika itu juga, Iyasy ingin melompat dan menemui ibunya. Umar berkata kepadanya, "Jangan engkau khawatirkan keadaan ibumu, jika ia merasa kepanasan, pasti ia akan masuk ke dalam rumah dan jika kutu telah banyak di kepalanya, pasti ia akan mandi." Tapi Iyas tetap ingin menemui ibumu. Lantas Umar berkata kepadanya, "Bawalah unta ini dan temui ibumu, setelah itu susul aku ke Madinah!"
Sesampainya di Mekah, Iyas mendapat siksaan dari kaumnya sampai ia menanggalkan keyakinannya terhadap Islam dan kembali pada kekufuran.
Umar bin Khatab tidak pernah putus asa untuk mengajaknya kembali pada Islam. Sampai setiap kali ada ayat yang turun, ia mengirimkannya kepada Iyas. Salah satu ayat yang dikirim Umar kepadanya adalah firman Allah swt., "Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (az-Zumar [39] : 53)
Ayat ini sampai juga ke tangan Iyasy dan iapun membacanya. Saat itulah ia menangis dan segera mengambil kuda lalu menungganginya untuk menyusul Umar bin Khatab ke Madinah dan kembali pada pangkuan Islam. Dia selamat dari api neraka karena sahabatnya.
Kesimpulannya, kalau kita menginginkan kebahagiaan, kedamaian, dan selamat dunia akhirat, kita mesti memilih teman yang shalih yang sealu mendorong kita untuk melakukan kebajikan dan mengabdi dengan sesungguhnya kepada Rabb semesta alam. Namun, kalau kita memilih kesengseraan, kegelisahaan dan dihinggapai rasa was-was, maka ...

BACA SELENGKAPNYA!

10/18/2007

Meneladani Dakwah Rasulullah

Dakwah memiliki kiat dan cara tersendiri sebagaimana layaknya seorang ahli bengunan yang dituntut untuk memiliki keahlian dalam bidang bangunan. Juga seorang insinyur yang harus memiliki kepandaian dalam merancang. Seorang dai harus memperhatikan dakwahnya dan memiliki beberapa kiat sehingga apa yang disampaikanya dapat diterima dengan baik oleh mad’u dan mengena, karena dakwah adalah warisan Rasulullah saw. Karena itu, sudah semestinya seorang dai harus mempelajari bagaimana dakwah harus diemban, unsur penopangnya, dan hasil yang ingin dicapai. Kekuatan iman kepada Allah swt. harus tertanam dalam diri seorang dai, dan tahan atas segala tantangan yang menghadangnya, karena dakwah merupakan warisan dan amanah yang diembankan para nabi dan rasul, dan mereka adalah sosok manusia yang senantiasa memegang amanah dan begitu tabah saat ujian, musibah dan rintangan ketika menyampaikan dakwahnya.
Dari pemahaman di atas dapat dikatakan bahwa kesalahan yang dilakukan oleh seorang dai akan sangat berpengaruh sekali terhadap umat yang didakwahinya. Apa langkah dan kiat yang mesti kita –sebagai seorang dai- dipersiapkan agar dakwah kita dapat diterima dan bisa membawa atsar yang positif terhadap uamt yang kita dakwahi. Berikut 30 kita yang dapat dapat mendukung kesuksesan dalam dakwah yang kita jalani, sebagaimana yang diuraikan oleh Dr Aid Abdullah al-Qarny dalam buku beliau yang bertajuk “Tsalatsuuna waqfah fi fannid dakwah”:
Ingin memiliki bukunya yang sudah diterjemahkan? Silahkan dowload di sini. Gratis 100%.

BACA SELENGKAPNYA!