10/10/2007

Saat Lebaran Tiba

Menyambut hari raya bukanlah dengan mengenakan pakaian serba baru, bukan pula dengan berbangga diri, mengisi hari-hari dengan nyanyian, hiburan, atau kegiatan yang tidak bermanfaat. Menyambut hari raya harus diwujudkan dengan memanjatkan syukur atas segala nikmat yang telah Allah berikan; yang telah memberikan kemampuan untuk bisa melaksanakan ibadah puasa selama bulan Ramadhan dan dengan saling bersilaturahmi di antara sesama.
Saat kita berhari raya (idul fitri) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:
  1. Makan terlebih dahulu di pagi hari ‘idul fitri sebelum melaksanakan shalat ‘id. Makannya cukup dengan mencicipi beberapa butir kurma ataupun makanan yang ada sebagai tanda kepatuhan terhadap perintah Allah untuk berbuka, sebagaimana kepatuhan kita kepada-Nya untuk menjalankan puasa.
  2. Mengeluarkan zakat fitrah yang berfungsi menyucikan orang yang berpuasa dari perbuatan hina dan kotor, juga berguna untuk membantu orang-orang fakir, menghidupkan nuansa saling tolong-menolong dan saling berkasih-sayang di antara kaum muslimin, menyucikan jiwa, dan menghilangkan sifat bakhil.
  3. Mengenakan pakaian yang paling bagus yang kita miliki punya dan memakai wewangian sebagai pengakuan diri atas keindahan zat Yang Maha Indah, Maha berkah dan Mahatinggi, serta berhias untuk-Nya, karena Allah swt. itu indah dan mencintai keindahan. Di samping itu, berfungsi untuk menampakkan karunia Allah swt. yang diberikan kepadanya. Dalam hadits hasan, Rasulullah saw. pernah bersabda, “Sesungguhnya Allah senang melihat nikmat-Nya tampak pada diri hamba-Nya.” HR Tirmidzi
  4. Hendaknya kita saling mengunjungi, saling berucap salam, saling mengikhlaskan, dan saling mengasihi.
  5. Saat hari raya tiba, kita sebagai umat Islam menyambutnya dengan suka cita, tapi tetap harus tetap dalam bingkai syariat, tidak terlalu berlebihan; bercanda dengan santun, berkelakar dengan lembut, senyum yang ramah, berekreasi ke tempat yang mubah (tidak melanggar syariat), dan mampu menjadikan tempat rekreasi sebagai sarana untuk memikirkan kuasa Allah atas alam ciptaan-Nya yang begitu indah sehingga imanpun dapat semakin kuat dan ketakwaan kepada-kian semakin meningkat.
  6. Hari raya mengingatkan kita pada hari dibangkitkannya manusia dari alam kubur, saat seluruh manusia dikumpulkan; yang kaya dan yang miskin, yang besar dan yang kecil, yang memimpin dan yang dipimpin, yang beruntung dan yang sengsara, juga yang bahagia dan yang sedih untuk mempertanggungjawabkan segala sepak terjang dan prilaku semasa hidup di dunia.
Setelah semalam penuh kita mengagungkan asma Allah dengan melafalkan kalimat takbir, tahmid dan tahlil, di pagi harinya kita pergi ke Masjid untuk melaksanakan shalat hari raya. Dan seusai kita melaksanakan shalat ‘id, kita kembali ke rumah masing-masing, dan di antara mereka yang turut shalat, ada dua kelompok manusia:
Pertama, kelompok yang beruntung dan berbahagia. Mereka yang memperoleh pahala dan mendapat ridha Allah. Allah swt. berfirman kepada mereka, “Pulanglah kalian dalam keadaan telah diampuni; sungguh kalian telah ridha kepada-Ku, dan Aku pun ridha kepada kalian.”
Yang kedua, kelompok yang merugi, di mana ia kembali dengan putus asa, kerugian, penyesalan, dan nasib yang buruk.
Ada seorang yang saleh pernah lewat di depan sekelompok orang yang gemar bermain dan berhura-hura di hari raya, ia berkata kepada mereka, “Jika kalian beramal baik di bulan Ramadhan, maka ini bukan cara bersyukur yang baik; sedangkan jika kalian beramal buruk di bulan Ramadhan, maka bukan begini cara bersikap orang-orang yang telah berbuat buruk kepada zat yang Maha Pengasih.”
Umar bin Abdul Aziz pernah melihat sekelompok orang yang berlomba-lomba dalam penampilan dan kendaraan mereka sepulangnya dari wuquf di padang ‘Arafah, seiring terbenamnya matahari. Umar pun berkata, “Bukanlah pemenang di hari ini orang yang kuda atau untanya lebih unggul, tapi seorang pemenang adalah orang yang dosa-dosanya diampuni.”
Saudaraku, kita mesti merenungkan kembali orang-orang shalat ‘id bersama kita pada hari raya yang telah berlalu; Ayah dan ibu, kakek dan nenek, orang-orang yang kita cintai, dan kawan-kawan. Di manakah mereka saat ini? Ke manakah mereka pergi? Ke manakah mereka pindah? Karena itu, mari kita siapkan bekal untuk melanjutkan perjalanan menyusul mereka yang berangkat lebih dulu.
Ya Allah terimalah amal ibadah kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui, dan ampunilah segala dosa kami, sesungguhnya Engkau Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang.

Tidak ada komentar: